Sepekan terakhir, bahan bakar minyak (BBM) jenis solar kini sulit
ditemui disejumlah SPBU. Jatah kuota solar untuk Riau terjadi pengurangan
menjadi 736.331 Kiloliter (KL). Jumlah tersebut turun dibandingkan tahun
sebelumnya, 802.596 KL.
Asisten II Setda Provinsi Riau Bidang Administrasi dan
Perekonomian, Emrizal Pakis menilai harus ada keseimbangan daya beli masyarakat
akan permintaan BBM tersebut.
Pasalnya, kebutuhan dari permintaan masyarakat Indonesia juga
menjadi persoalan di lapangan.Selain itu, Emrizal juga mengungkapkan bahwa
dengan pihak pertamina selalu membahas mengenai pengawasan yang diperlukan
kepada pihak Pertamina.
"Pertamina merupakan pemilik produk BBM tersebut, dan agen
merupakan pihak ketiga dalam melakukan pendistribusian solar tersebut, jadi
pihak pertamina harus melakukan pengawasan terhadap solar tersebut mulai dari
pendistribusian sampai penyaluran solar itu sendiri," ujar Emrizal.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Drs H
Zulkarnain MM mengakui kelangkaan tersebut. "Ya, kita sudah ketahui
kelangkaan solar akhir-akhir ini. Kita harapkan kepada pemerintah
kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap kelangkaan solar dan kita juga
mengharapkan kepada pihak Pertamina juga melakukan pemantauan terhadap
pendistribusian solar," imbuhnya.
"Pemicu kelangkaan solar ini sendiri terjadi dikarenakan
pemakaian solar ini sendiri dan ada juga ada terjadinya pembatasan terhadap
solar bersubsidi ini sendiri," ungkapnya.
Sementara, Komite Pengawasan BPH Migas, Karseno menyebutkan
kelangkaan solar tersebut dipengaruhi adanya kebijakan pembatasan pengiriman
solar bersubsidi.
"Ya, memang ada kebijakan. Tapi sebenarnya bukan kelangkaan
yang terjadi pada solar tetapi permintaan dan ketersediaan BBM jenis solar ini
terjadi pada saat sekarang ini tidak sebanding karena permintaan akan solar ini
banyak," ungkapnya. (Red/hr)
.jpg)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !