Angkringan
yang dikenal sebagai penyedia nasi kucing plus wedang jahe khas Jogkakarta
mulai tumbuh dan menjamur di kota
Pekanbaru-Riau. Angkringan yang kerap
disebut sebagai “kuliner malam” ini buka
sekira pukul 18.00 WIB sampai dengan 01.00 WIB dini hari. Usaha yang memiliki semboyan “Makan Puas Harga
Pas” ini pun menjadi buruan semua kalangan masyarakat.
Angkringan
yang berlokasi di depan kantor Polsek Bukit Raya termasuk angkringan yang ramai
didatangi masyarakat untuk melepas lapar dan dahaga sembari rileks melepaskan
kepenatan setelah seharian beraktivitas.
Johar,
Menejer Area Bimbingan Belajar PRIMAGAMA provinsi Riau yang merupakan pelanggan tetap
angkiran “Mas Bro” yang berlokasi di depan kantor Polsek Bukit Raya kepada
Marwahriau.com, Jum’at (19/07/2013) mengatakan, “Angkringan ini ramai diminati
semua kalangan masyarakat karena sensasinya yang berbeda dari kuliner lainnya,
sensasi rasa yang sesuai dengan lidah rakyat ini juga mampu menjadi alternatif
yang pas untuk rileks guna melepaskan kepenatan setelah seharian beraktifitas,
di angkringan ini kita bisa lebih bersantai dan berbagi cerita dengan
pelanggan-pelangan lainnya, berkat angkringan ini saya jadi memiliki banyak
rekanan dan teman, pokoknya “The Best deh buat angkringan “Mas Bro”, ungkapnya.
“Seperti
yang kita lihat bersama, saya bersama teman-teman lainnya yang menamakan
perkumpulan kami dengan sebutan “Geng Modus” rela merogoh kantong untuk menghadirkan
musisi jalanan sebagai penghibur pelanggan-pelanggan lainnya dalam menikmati
santapan kuliner khas Jogjakarta ini,” imbuhnya di sela-sela alunan musik
hiburan musisi jalanan.
Hal
senada juga diungkapkan oleh Lamro Sitanggang yang juga merupakan pelanggan
tetap angkirngan “Mas Bro” depan Polsek
Bukit Raya, “Angkringan ini memang cocok untuk segala usia dan segala suku, di
angkringan ini kami merasakan tidak adanya perbedaan ras, suku maupun profesi, “Geng
Modus” ini saja terbentuk karena sensasi perbincangan yang nyambung dari
berbagai ras, suku dan profesi, di angkringan “Mas Bro” inilah kami menyebut
perkumpulan kami dengan sebutan “Geng Modus” yang terdiri dari suku Minang,
Jawa, Melayu, Batak dan lain-lain”, kami mengundang musisi jalanan ini selain
untuk menghibur juga untuk memberdayakan para musisi jalanan, dan merubah
paradigma masyarakat tentang hal-hal buruk mengenai musisi jalanan, karena
menurut kami musisi jalanan pada umumnya berasal dari keluarga yang memang
minim dari sektor ekonomi yang perlu untuk diperhatikan dan diberdayakan,”
terangnya. (Canggih)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !