Oleh : Welny Noverianti (Mahasiswi STIFAR)
Disuatu
gubuk yang terletak di hutan terpencil dan tidak bercirikan kehidupan, hiduplah
seorang nenek yang setiap harinya terbujur kaku diatas ranjangnya. Tidak ada
yang bisa dilakukannya selain menangis dan berkata “ aku telah menyesal,
maafkan aku anakku ”. tapi perkataan itu hanyalah sia-sia dan tidak ada yang
ingin mendengar dan mengurusinya lagi. Anaknya telah meniggalkannya 10 tahun
yang lalu dalam keadaan sakit. Cerita ini dimulai semenjak 20 tahun yang lalu
ketika nenek ini masih hidup berkecukupan dan tinggal disebuah rumah yang
sederhana. Dilingkungannya nenek ini dikenal dengan nama bu nirah. Bu Nirah
mempunyai seorang anak yang bernama Awal. Sejak lahir Awal sudah tidak mengenal
sosok seorang ayah. Setiap kali ia bertanya, ibunya selalu berkata bahwa
ayahnya sudah meninggal. Dan setiap kali Awal merengek ingin tahu wajah
ayahnya, sang ibu tidak pernah mau
menunjukan foto ayahnya itu dengan berbagai alasan. Sebenarnya, ayahnya Awal
adalah seorang pejudi dan suka mabuk-mabukkan dan hidup tanpa arah. Ia tidak
pernah bertanggung jawab atas kewajibannya sebagai kepala keluarga.
Setelah
berapa tahun berjalan, Awal sudah menduduki bangku SD. Awal tidak mempunyai
teman karena ia malu tidak mempunyai ayah. Ia iri
melihat teman-temannya selalu diantar jemput dngan kedua orang tuanya,
sedangkan ia hanya berpergian sendiri karena
ibunya selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Pada
saat makan malam Awal bertanya pada ibunya “ ibu,, kenapa teman-temanku
menghindariku karna aku tidak punya ayah?” tanyanya. Dan
ibu menjawab “ karna mereka iri tidak punya ibu sekuat ibumu, yang bisa
menanggung semua sendiri ”. tapi Awal tidak puas dengan jawaban ibunya. Dan ia
bertanya lagi “ lalu karna aku tidak punya ayah, kenapa ibu jugak tidak pernah
mengantarku? Apa ibu tidak ingin tahu seberapa jauh jalan yang aku tempuh dan
hal apa saja yang aku lalui disekolah?”. Mendengar pertanyaan itu, sang ibu
cuek menghadapinya dan hanya beranggapan bahwa itu
hanyalah pertanyaan belaka sebagai rayuan dari anaknya. Yang ibunya tahu adalah
bagaimana cara agar anaknya bisa bahagia dengan uang yang ia peroleh dengan
kerja keras. Ia tidak tahu bahwa anaknya sangat kesepian dan butuh
perhatiannya. Dan tanpa ibunya sadari malam itu adalah permintaan terakhir dari
anaknya Awal.
Keesokan
harinya, seperti biasa Awal pergi kesekolah pagi hari. Hari sebelumnya Awal
menaiki sepeda kesayangannya untuk pergi sekolah. Tapi pada hari itu sepeda
Awal rusak dan dengan terpaksa ia harus mengambil jalan pintas dengan berjalan
kaki menembus hutan belantara sendirian. Tidak
terpikir olehnya seberapa banyak hewan buas yang berkeliaran di hutan itu. yang
terpikir olehnya bagaimana supaya cepat sampai kesekolah. Tapi ia malah
tersesat dan beristirahat disebuah gubuk tua karena
kakinya tidak sanggup lagi berjalan.
Hari pun semakin
larut malam. Ibunya yang semenjak sore mengira bahwa ia masih ada disekolah
mulai panik karena anaknya belum juga pulang. Setelah
bertanya kesana kemari akhirnya ia mendapat berita dari tetangganya bahwa
anaknya sejak pagi tadi pergi berjalan kaki sendirian masuk hutan untuk pergi
kesekolah. Mendengar itu ibu Nirah dan ditemani beberapa tetangga langsung
masuk ke hutan tersebut untuk mencarinya. 3 hari pencarian belum mendapatkan
hasil apapun. Pada hari ke-4, salah satu warga menemukan sebuah gubuk dimana
tempat awal beristirahat. Bukan kabar gembira yang didapatkannya, tapi malah
kabar duka yang harus diterima ibu sirah. Ia mendapati anaknya sedang terbujur
kaku tak berdaya disudut gubuk tersebut. Diperkirakan anak itu kelaparan dan
kedinginan tapi kakinya sudah lumpuh dan tidak bisa berjalan lagi untuk pulang
kerumah dan akhirnya meninggal.
Tidak
terbendung lagi tangisan sang ibu
melihat anaknya sudah tiada. Ia menyesali karna tidak menghiraukan
permintaan sederhana dari anaknya saat makan malam beberapa saat yang lalu.
Seandainya pagi itu ia mengantarkan anaknya pasti saat ini awal masih duduk
bersamanya, mengajaknya makan bersama. Semenjak itu ibu sirah selalu duduk
disudut gubuk itu meratapi kesalahannya dan berkata “ ibu telah menyesal,
maafkan ibu anakku”. Hanya itu yang terucap dari bibirnya sampai ia terbujur
dalam kesendiriannya.
Dari kisah ini, kita belajar bahwa tidak
semua perkataan anak kecil itu tidak berarti. Terkadang setiap perkataan yang
keluar dari seorang anak adalah makna.
Mungkin bagi kita itu hanyalah rayuan belaka
seorang anak kecil yang selalu ingin dikabulkan permintaannya, tapi ada hal
yang tersirat yang mungkin suatu saat kita akan menyesalinya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !