Hadiah Terakhir Buat Ibu

Sabtu, 21 September 2013

Oleh : Uut Ratih Pratiwi (Mahasiswi STIFAR Pekanbaru)
Aku adalah anak satu – satunya, namaku yogi. Kini aku menduduki bangku SMP kelas 3. Aku terlahir dari keluarga sederhana, Ayahku bekerja sebagai pembuat kursi sekolah, sedangkan Ibuku hanya sebagai iburumah tangga sambil membuka warung dirumah. Kami tinggal di sebuah kampung yang jauh dai keributan kota, betul – betul terpencil. Bila kami sakit, kami harus ke puskesmas pembantu di kampung ini, itu pun jaraknya 15 km dari rumahku.
            Suatu hari disaat aku tiba di rumah sepulang sekolah ibu tiba – tiba teriak memanggil namaku. Dengan segera Aku menghampiri ibuku, “ya bu..” lalu ibu menjawab dengan tergesa – gesa. “tolong nak, Ayahmu pingsan terpeleset dari kamar mandi, cepat kamu ketempat pamanmu untuk meminjamkan mobilnya.” Lalu aku pun segera ke rumah paman yang kebetulan rumahnya tidak begitu jauh dari rumahku.
            Sesampainya dirumah paman, aku segera mengatakan maksud kedatangan aku kerumahnya, “paman tolong kami, ayah terpeleset dari kamar mandi, yogi ingin meminjam mobil untuk membawa ayah kerumah sakit.” Lalu paman berkata, “maaf yogi, hari ini paman menggunakan mobil untuk belanja kepasar membeli bahan.” Dengan sembari membujuk pun aku sedikit memohon pada paman, “paman, kami sangat membutuhkan bantuan paman saat ini, ayah harus dapat pertolongan pertama paman..” lalu paman berkata lagi dengan merasa tidak bersalahnya, “maaf yogi tidak bisa.” Lalu aku pun pulang dengan rasa kesalku.
            Sesampai dirumah aku lalu menggendong ayahku menuju tempat tidurnya. Ibu pun bertanya kenapa aku pulang dengan tangan kosong, aku hanya berkata pada Ibu, “aku tidak berhasil membujuk paman.” Ujarku dengan nada kecewa.
            Tak lama kemudian, ayah tiba – tiba mendadak sesak nafas, aku bingung tidak kepalang, ibuku hanya menangis. Beberapa menit kemudian Ayah tediam, berhenti tanpa reaksi apa – apa lagi, lalu aku memanggil mangil ayahku dan memeriksa denyut nadi ayahku, ternyata.... “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un” dengan berurai air mata aku dan Ibu menangis. Kami tidak menyangka ayah pergi dengan secepat itu.
            Sejak kejadian itu, aku sebagai anak satu – satunya Ibu, aku bertekad untuk membelikan Ibu mobil. Aku ingin menunjukkan kepada paman kalau kami bisa tanpa bantuan paman. Cukup sekali itu dan untuk terakhir kalinya aku kerumahnya. Karena paman tidak mau meminjamkan mobilnya ayahku telat mendapatkan pertolongan pertama.
            Aku berkata pada Ibu, “Bu, yogi janji pada ibu, yogi akan membelikan Ibu mobil, yogi akan membawa Ibu jalan – jalan keliling kampung ini bu.” Ibu hanya tersenyum dan menjawab, “Ia nak.. amin..”
            Aku serius menyelesaikan sekolahku, setelah selesai aku bekerja untuk mengumpulkan uang buat membelikan Ibu mobil. Memang gajiku tidak seberapa dan tidak cukup untuk membelikan Ibu mobil baru, tapi aku sudah mengincar mobil temanku yang ingin dijualnya.
Aku pun terus menabung, setiap ku gajian selalu kumasukkan kedalam celengan kalengku. Dan akhirnya uang buat membeli mobil pun terkumpul, meskipun cukup lama dan menyita umurnya, tetapi aku telah berhasil membelikan ibu mobil.
            Segera ku membeli mobil itu, dengan sudah membayangkan betapa senangnya memandang senyuman ibu ketika duduk disampingku, mengajak ibu keliling kampung ini aku pun segera pulang.
            Sesampainya dirumah, segera aku masuk dan memanggil Ibu dengan wajah senangku. Tapi.. aku pun menjatuhkan kunci mobilku.. aku terkejut melihat Ibu terbaring dilantai kamarnya, aku pun langsung berlari menghampiri ibu, “bu.. ibu kenapa..? bu...” aku terus berusaha menyadari Ibu, tapi apa dayaku... aku menangis, ternyata Ibu telah tiada... “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un” aku menangis memeluk ibu yang terbaring di pangkuanku.
            Aku akhirnya membawa Ibuku pergi keliling kampung dengan mobil yang kubeli untuk Ibu, Ibu duduk disampingku mengenakan safety belt.. “bu, aku telah memenuhi janjiku padamu, aku juga telah mengajakmu keliling kampung, aku sayang ibu..” aku menangis melepas kepergian ibu, mengantarkannya ketempat peristirahatannya yang terakhir.. itu lah hadiah yang kuberikan diujung nafasnya.


Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © September, 2012. Marwah Riau - All Rights Reserved
Design by Blogger Inside Inspired by Create Website
Proudly powered by Blogger